Senin, 10 Oktober 2011

FAKTOR KEAHLIAN DAN KEPERCAYAAN PADA TENAGA PENJUALAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. ASURANSI JASA INDONESIA







1.1 Latar belakang masalah

PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) sebagai salah satu jasa perasuransian terkemuka di kota Indonesia cukup memiliki andil dalam pembangunan ekonomi terutama dalam memberikan perlindungan kepada pelanggan terhadap risiko yang dihadapi baik perorangan maupun risiko yang dihadapi perusahaan (Korporasi).
Dalam upaya untuk lebih mengoptimalkan perannya dalam bisnis perasuransian, pihak manajemen perusahaan perlu merumuskan suatu kebijakan dalam rangka mengimplementasikan konsep pemasarannya melalui berbagai pilihan seperti kombinasi produk, saluran distribusi, promosi dan kebijakan harga (pricing) agar dapat tercipta mekanisme yang baik sehingga pengelolaan pemasaran jasa asuransi diharapkan dapat disesuaikan dengan perubahan-perubahan, baik eksternal (pasar)  maupun internal (organisasi) yang pada gilirannya target penjualan jasa asuransi yang diharapkan dapat dicapai.. Persaingan usaha merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Dalam menghadapi hal ini maka setiap perusahaan perlu meningkatkan sumber daya perusahaannya agar dapat bertahan, selebihnya agar unggul dalam bersaing. Sumber daya perusahaan, termasuk di dalamnya adalah tenaga penjualan perusahaan, merupakan komponen yang mendukung pendapatan perusahaan. Selain itu juga, setiap perusahaan dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengembangkan pilihan-pilihan stratejiknya dibidang pemasaran sehingga mampu untuk beradaptasi di dalam lingkungan yang bergerak dinamis.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Frankwick dkk (2001) sendiri telah menunjukkan hasil bahwa peningkatan status hubungan antara para tenaga penjualan dengan para nasabah akan memberikan manfaat berupa peningkatan kinerja atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan.

1.2 Fenomena
Asuransi Jasindo bergerak di bidang asuransi kerugian, keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Dengan pengalaman sejak era kolonial memberikan nilai kepeloporan bagi keberadaan dan pertumbuhan Asuransi Jasindo, serta mampu meraih kepercayaan dari dalam dan luar negeri. Dalam memberikan layanan profesional, Asuransi Jasindo mendapat dukungan seasuradur terkemuka di dunia seperti Swiss-RE dan Partner-Re. Saat ini jaringan operasi Asuransi Jasindo didukung oleh 80 kantor cabang di seluruh Indonesia, 1 kantor cabang di luar negeri.  Pada Januari 2002 Asuransi Jasindo berhasil mendapatkan sertifikat ISO-9001 : 2000 menyangkut keputusan akseptasi, penyelesaian dan pembayaran klaim. Asuransi Jasindo mendapatkan penghargaan sebagai “Asuransi Terbaik 2003”  kategori Asuransi Umum braset di atas Rp. 1 triliun. Di bidang sumber daya manusia, Asuransi Jasindo didukung oleh SDM yang berpengalaman, ahli dan terampil dibidangnya serta ditunjang teknologi informasi terkini, Asuransi Jasindo terus meningkatkan ualitas pelayanan. Kini dan ke depan Asuransi Jasindo berusaha senantiasa tanggap terhadap kebutuhan, tuntutan dan harapan pasar.

1.3 Riset terdahulu
a. Menurut Liu dan Leach (2001) menyatakan keahlian tenaga penjualan pada umumnya sering ditunjukkan melalui tindakan-tindakan atau solusi-solusi yang diberikan mereka untuk nasabah. Selanjutnya, seorang tenaga penjualan harus mampu menyampaikan informasi yang dimilikinya kepada nasabah agar nasabah dapat menjadi yakin untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik.

b. Menurut French dan Raven (1959 dalam Kristina, 2005) adalah suatu bentuk pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga penjual yang nantinya akan berpengaruh pada hubungan bisnis.

c. Menurut Ari Susetyaningsih, SH,  (2011) meningkatkan loyalitas nasabah adalah meningkatkan kepuasan terhadap tenaga penjualan. Kepuasan terhadap tenaga penjualan tidak akan pernah dapat mencapai harapan apabila tidak didukung oleh kepercayaan terhadap tenaga penjualan.

1.4 Motivasi peneliti

            Berdasarkan teme dan riset terdahulu maka penelitian tentang Faktor Keahlian dan Kepercayaan Pada Tenaga Penjualan Terhadap Kepuasan Nasabah PT. Asuransi Jasa Indonesia, menurut Liu dan Leach (2001), French dan Raven (1955 dalam Kristina, 2005), Ari Susetyaningsih, SH (2011) merekomendasikan untuk meningkatkan kepuasan terhadap tenaga penjualan dan mampu menjaga hubungan yang baik terhadap nasabah.




1.5 Masalah

  1. Kemampuan para tenaga penjualan dalam meningkatkan status nasabahnya menjadi nasabah sejati ditentukan oleh kemampuan tenaga penjualan dalam menumbuhkan kepercayaan dalam diri para nasabah.
  2. Kemampuan tenaga penjual untuk lebih memahami produk yang dijualnya untuk lebih dipercayai nasabah.

1.5 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
  1. Menganalisis kemampuan tenaga penjual untuk langsung berhadapan dengan nasabah.
  2. Menganalisis pengaruh keahlian menjual tenaga penjualan terhadap kepuasan nasabah pada tenaga penjualan.
  3. Menganalisis pengaruh kepercayaan nasabah pada tenaga penjualan terhadap kepuasan nasabah pada tenaga penjualan.
  4. Menganalisis kemampuan tenaga penjual untuk terus berhubungan baik dengan nasabah.

Senin, 03 Oktober 2011

Tema : FUNGSI PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN PERUSAHAAN


ANALISA FUNGSI PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM SUATU PERUSAHAAN
Sulaiman
Fakultas Ekonomi
Universitas gunadarma

ABSTRAK
Hampir  setiap orang maupun organisasi memiliki perencanaan. Apakah perencanaan tersebut meyangkut kepentingan kehidupan peribadinya, maupun yang terkait dengan tujuan organisasi yang dicapai. Penulis mencoba melihat pengertian perncanaan ini dari tiga hal, yaitu dari sisi peroses, fungsi manajemen, dan pengambilan keputusan. Dari sisi proses, fungsi perencanaan adalah peruses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan bagaimana tujuan tersebut akan dicapai. Dari sisi fungsi manajemen, Perencanaan adalah fungsi dimana pimpinan mengunakan atas wewenangnya untuk menentukan atau mengubah tujuan dan kegiatan organisasi. Dari sisi pengambilan keputusan, Perencanaan merupakan pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang panjang atau yang akan datang mengenai apa yang dilakukan, bagaimanan melakukannya, bilamana dan siapa yang melakukannya, dimana keputusan yang diambil belom tentu selesai, hingga implementasi perencanaan tersebut dibuktikan dikemudian hari.

PENDAHULUAN
Fungsi perencanaan merupakan fungsi pertama dan utama dalam kegiatan manajemen perusahaan. Oleh karenanya berbagai faktor yang terkait degan perencanaan perlu untuk dipelajari dan dipahami sebelum kegiatan dijalankan. Hal ini karenakan perencanaan akan menentukan kemana perusahaan diarahkan. Pada perakteknya, masalah sering kali dihadapi oleh para manager baik yang terkait dalam kegiatan perusahaan secara umum, maupun yang terkaitan dengan kegiatan perencanaan. Oleh karena itu perlu dipelajari dan dipahami bagaimana masalah sebaiknya dipecahkan dan bagaimana sebaiknya keputusan diambil.
PENGERTIAN PERENCANAAN
            Robbins dan Coulter (2002) medefinisikan perencanaan sebagai sebuah peroses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebu secara menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.
            Pada intinya, perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu. Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang dirumuskan ternyata dapat direalisasikan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan yang buruk adalah ketika apa yang dirumuskan dan ditetapkan ternyata tidak berjalan dalam inplementasi, sehingga tujuan organisasi tidak terwujud.

FUNGSI DARI PERNCANAAN
Robbins dan Coulter (2002) menjelaskan bahwa paling tidak ada empat fungsi dari perencanaan, yaitu perencanaan berfungsi sebagai arahan, perencanaan meminimalkan dampak dari perubahan, perencanaan meminimalkan pemborosan dan kesia-siaan, serta perencanaan menetepkan standar dalam pengawasan kualitas.
Perencanaan sebagai Pengarah
            Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara lebih terkoordinasi. Perusahaan yang tidak menjalankan perencanaan sangat mungkin untuk mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya, dan ketidak berhasilan dalam pencapaian tujuan karena bagian-bagian dari organisasi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas dan terarah. Perencana dalam hal ini memegang fungsi pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.
Perencanaan sebagai Minimalisasi Ketidakpastian
Pada dasarnya segala sesuatu didunia ini akan mengalami perubahan. Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan sering kali sesuai degan apa yang kita perkirakan, akan tetapi tidak jarang pula diluar perkiraan kita sehingga menimbulkan ketidak pastian pada perusahaan. Ketidak pastian inilah yang coba diminimalkan melalui kegiatan perencanaan.
Perencanaan sebagai Minimalisasikan pemborosan Sumber Daya
            Perencanaan juga berfungsi sebagai minimalisasikan pemborosan sumber daya organisasi yang digunakan. Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang dilperlukan, dengan cara bagaimana pengunaannya, dan untuk pengunaan apa saja yang lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan. Dengan demikian pemborosan yang terkait dengan pengunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan akan bisa diminimalkan sehingga tingkat efisiensi dari perusahaan menjadi meningkat.
Perencanaan sebagai Penetapan Standar dalam Pengawasas Kualitas
          Perencanaan berfungsi sebagai penetapan kualitas yang harus dicapai oleh perusahaan dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan, perusahaan menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pengawasan, perusahaan membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dengan realisasi dilapangan, membandingkan antara setandar yang ingin dicapai dengan realisasi dilapangan, mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, hingga mengambil tindakan yang diangap perlu untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

TUJUAN MELAKUKAN PERENCANAAN
Peroses perencanaan melibatkan dua elemen penting, yaitu tujuan (goals) dan rencana (plan).

Peran Tujuan (Goals) dan Rencana (Plan) dalam peruses Perencanaan
Pengertian Tujuan (Goals) dan Rencana (Plan)
            Tujuan (goals) pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat diraih atau dicapai oleh individu, kelompok, atau seluruh organisasi. Dalam pengertian bahsa Ingris, kadangkala dibedakan antara objectives dan goals sering kali diartikan sebagai target. Bahkan lebih jauh kadangkala kedua istilah juga digantikan dengan istilah purposes, aims, destinations, yang ketiganya memiliki arti yang kurang lebih sama.
            Rencana (plans) adalah segala bentuk konsep dan dokumentasi yang megambarkan bagaimana tujuan akan dicapai dan bagaimana sumber daya perusahaan akan dialokasikan, penjadwalan dari peruses pencapaian tujuan, hinga segala hal terkait dengan pencapaian tujuan. Sebagai seorang manajer perencanaan, tujuan dan rencana adalah sesuatu yang harus dirumuskan olehnya.
Beberapa Jenis Tujuan (Type of Goals)
            Dari sisi jumlah tujuan yang ingin dicapai, ada yang dinamakan tujuan tunggal (single gaols) dan tujuan yang banyak (multiple goals). Dari sisi kejelasan tujuan juga dapat dibedakan menjadi tujuan yang dinyatakan (stated goals) dan tujuan yang actual dan nyata (real goals). Tujuan yang dinyatakn (stated goals) adalah tujuan yang dinyatakan secara formal oleh sebuah organisasi kepada public, dan menjadi jaminan akan kejelasan perusahaan di mata publik. Adapun tujuan actual dan nyata  (real goals) adalah tujuan yang tidak dinyatakan oleh public, tetapi secara actual dan nyata, berusaha dicapai oleh anggota didalam sebuah organisasi.
            Dari segi keluasan dan waktu pencapaian, tujuan juga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Tujuan strategis (strategic goals)
adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama, biasanya antara 3 hingga5 tahun, atau juga lebih. Sebagai contoh tujuan strategis adalah “ untuk menjadi market leader dalam bisnis makanan siap saji “ . Pencapaian tujuan ini jelas tidak dapat dicapai dalam hitungan hari , akan tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.
b. Tujuan taktis (tactical goals)
adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu menengah, relative lebih singkat dari tujuan strategis. Biasanya pencapaian tujuan ini antara 1 hingga 3 tahun. Sebagai contoh dari tujuan taktis ini minsalnya “ meningkatkan pangsa pasar 30 persen.”Peningkatan pangsa pasar sebesar 30 persen jelas akan membantu perusahaan tersebut untuk menjadikan market leader dalam jangka panjang. Dapat kita lihat bahwa pencapaian tujuan strategis  akan tercapai jika tujuan taktis juga tercapai. 
c. Tujuan Operasional (operational goals)
adalah tujuan yang ingin dicapai dalam satu periode kegiatan perusahaan, biasanya 6 bulan hingga 1 tahun. Kadang kala juga dapat mencapai 2 tahun. Sebagai contoh dari tujuan operasioanal adalah “meningkat penjualan makanan siapa saji sebesar 20 persen setiap outlet”. Peningkatan penjualan makanan siap saji sebesar 20 persen di setiap outlet akan menunjukan bahwa jumlah pelanggan yang membeli  kepada perusahaan tersebut meningkat, dan dengan demikian akan mendukung pencapaian tujuan taktis,yait memperluas pangsa pasar menjadi 30 persen. Dari contoh di muka, secara jelas kita dapat melihat keterkaitan dalam ketiga jenis tujuan tersebut. Tujuan operasional akan mendukung tercapainya tujuan taktis, dan tujuan taktis akan mendukung  tecapainya tujuan strategis. Tujuan strategis inilah yang kemudian menjadi indicator tercapainya tujuan organisasi keseluruhan.
Beberapa Jenis Rencana (Type of Plans)
Dari segi keluasan dan waktu, rencana dapat dibedakan menjadi  :
a. Rencana strategis atau rencana jangka panjang (strategic plans or long-tems plans)
adalah rencana yang akan dijalankan oleh seluruh komponen  dalam organisasi  atau perusahaan, dan dibuat dalam rangka pencapaian  tujuan organisasi secara keseluruhan (strategic goals or organizational objectives). Bagaimana agae perusahaan bisa menjadi market leader dalam makanan siap saji disusun dalam rencana strategis ini
b. Rencana taktis atau jangka menengah (tactical plans or mid-term plans)
adalah rencana yang dijalankan untuk mencapai tujuan jangka menengah dan sebagai dorongan tercapainya tujuan jangka panjang. Bagaimana peningkatan pangsa pasar sebesar 30 persen dirumuskan dalam perencanaan taktis atau jangka menengah ini.
c. Rencana operasional atau jangka pendek (operational plans or short-term plans)
adalah yang dijalankan untuk mencapai tujuan jangka pendek, dan sebgai dorongan tercapainya tujuan jangka menengah. Bagaimana peningkatan penjualan makanan siap saji di setiap outlet yang dimiliki perusahaan dirumuskan dalam rencana ini.
Dari segi kejelasan, rencana dapat dibagi menjadi dua, Yaitu
a. Rencana spesifik (specific plans)
adalah rencana yang rumusannya sudah jelas dan tidak memerlukan interpretasi. Sebagai contoh, menejer yang menetapkan adanya peningkatan pangsa pasar sebesar 30 persen barangkali akan membuat recana yang sangat jelas seperti prosedur kerja yang spesifik, alokasi angaran yang ketat, dan penjadwalan yang sudah jelas dan ketat.
b. Rencana direktif (direction plans)
adalah rencana yang dirumuskan untuk pencapaian tujuan tertentu, akan tetapi pada pencapaiannya memberikan keluasan atau fleksibilitas untuk pencapaianya. Bagaimana peningkatan pangsa pasar sebesar 30 persen  dapat dicapai barangkali tidak memerlukan rencana yang begitu spesifik. Manager dapat menyerahkan sepenuhnya pada pimpinan dibawahnya untuk secara kreatif melakukanperencanaan dengan target yang sudah disepakati, yaitu peningkatan pagsa pasar sebesar 30 persen.
            Dari segi frekuensi pengunaan, rencana dapat dibagi menjadi rencana sekali pakai (single-use plans) dan rencana pengunaannya secara terus menerus (standing plans). Rencana sekali pakai biasanya dilakukan untuk organisasi yang bersifat kegiatannya temporal. Adapun rencana yang pengunaannya terus-menerus biasanya digunakan oleh sebuah organisasi yang kegiatannya terus berkelanjutan dari waktu ke waktu. Contoh rencana standing plans, minsalnya kebijakan, perosedur, dan aturan kerja yang digunakan secara berkelanjutan oleh seluruh anggota organisasi, apakah kegiatan yang terkait single-use plans maupun multiple use plans berjalan maupun tidak.

PEMBAHASAN
Bagaimana tujuan dirumuskan dan ditetapkan? Ada dua jenis pendekatan dalam perumusan dan penetapan tujuan, yaitu pendekatan tradisional (traditional goal setting) dan pendekatan dengan mengunakan MBO (Management by Objective).
Pendekatan tradisional dalam menetapan tujuan menjelaskan bahwa perumusan dan penetapan tujuan dilakukan oleh manajer tingkat puncak (top level of management) untuk kemudian tujuan itu diturunkan lagi menjadi tujuan bagi manajer ditingkat bawahnya secara sfesifik. Pendekatan ini oleh Robbins (2002) dinamakan dengan means-ends chain. Artinya, tujuan yang lebih tinggi (higher level goods) atau ujian akhir (ends) terkait dengan tujuan dibawahnya. Dengan demikian pencapaian tujuan dibawah akan sangat berarti (means) bagi pencapaian tujuan diatasnya. Tujuan yang ditetapkan oleh manajemen puncak ini kemudian ditindak lanjuti oleh manajemen tingkat devisi dengan menetapkan tujuan adanya peningkatan keuntungan secara signifikan di divisinya. Peningkatan kinerja perusahaan berupa peningkatan profit melalui penjualan sebanyak-banyaknya sudah banyak terbukti hanya dapat bertahan dalam jangka pendek, terutama jika kualitas tidak diperhatikan. Penjualan dapat saja tercapai dalam relative singkat, akan tetapi pada giliran berikutnya, penjualan akan turun drastic dikarenakan penjualan kecewa karena kualitas produk misalnya buruk. Berdasarkan uraian ini, maka pendekatan top-down atau tradisional dalam penetapan tujuan memiliki kelemahan dalam hal kesesuaian apa yang dipahami manajemen tingkat bawah, dan tingkat fleksibilitasnya rendah. Dalam kenyataan, seringkali apa yang semestinya dicapai justru dipahami dengan baik oleh mereka yang berada di lapangan atau dimanajemen tingkat bawah, dan apa yang dialami dilapangan sering kali memerlukan fleksibilitas yang tinggi.
Pendekatan yang mengunakan MBO dalam pendekatan yang mengunakan MBO ini, penetuan tujuan secara sfesifik dirumuskan bersama antara pimpinan dan bawahan, dengan asumsi bahwa dicapai daripada apa yang dipahami oleh atasan. Selain tujuan dirumuskan secara bersama, pengawasan akan pencapaian tujuan juga dilakukan secara priodik secara bersama-sama. PEndekatan ini selain meminimalkan kesenjangan antara pimpinan dan bawahan dalam hal pekerjaan yang harus dilakukan, juga telah terbukti mampu memotivasi para pekerja dalam perusahaan, dikarenakan adanya penghargaan dan penerimaan social terhadap peran serta bawahan yang lebih tinggi dalam kegiatan perusahaan.

KESIMPULAN
Fungsi perencanaan selain berfungsi sebagai fungsi pertama dalam kegiatan manajemen, namun juga menetukan arah dan tujuan dari sebuah organisasi bisnis dan perusahaan. Perencanaan dapat berfungsi sebagai minimalisasiketidak pastian, pengarah, dan juga penetapan standar pencapaian kualitas dari apa yang ingin dicapai oleh perusahaan. Perencanaan memiliki persyaratan untuk memenuhi criteria realistis dan factual, fleksibel, logis dan rasional, memiliki komitmen, dan komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU : Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, 2008,
Pengantar manajemen, Jakarta
Kencana
Prenada Media Group